Akar
dan tunggul ternyata tidak selamanya hanya menjadi humus, dengan sedikit
sentuhan seni, justru bisa menghasilkan karya yang luar biasa. Seperti seorang
perajin di Lampung yang bernama Mulyono. Dia yang berhasil mengubah tunggul
pohon dan limbah belantara menjadi produk bernilai tinggi.
Beragam karya monumental
banyak tercipta mulai dari relief, meja dan kursi limbah belantara serta
berbagai macam bentuk macam bentuk karya seni lainya. Tumpukan akar-akar pohon
dan limbah belantara akan terlihat menghampar di galeri rumah kayu milik
Mulyono, yang terletak di jalan Cendana, Kelurahan Tanjung Senang, Bandar
Lampung. Usaha ini, mulai dirintis oleh Mulyono sejak tahun 1991 silam. Dengan
melihat sumber daya yang melimpah, warga asal Solo Jawa Tengah ini
mentransformasi akar-akar pohon dan limbah belantara ini menjadi karya bernilai
tinggi.
Memang
sepintas, akar-akar pohon dan limbah belantara yang berasal dari kawasan hutan
di Provinsi Lampung ini terlihat laksana rongsokan, namun jangan salah, dari
akar-akar pohon dan limbah belantara inilah karya-karya monumental banyak
tercipta.
“Untuk
menghasilkan karya terbaik, akar-akaran pohon dan limbah belantara harus
diproses sedemikan rupa. Untuk proses awal, limbah pohon ini dibersihkan dan
dikupas secara rapih dengan menggunakan sebuah mesin dengan mengikuti alur dan
bentur serat pohon. Setelah itu, tunggul pohon tersebut dipoles hingga serat
kayu menjadi lebih nampak nyata dipermukakan,”ujar Mulyono
Hasil
karya seni dari tunggl pohon limbah belantara terlihat menakjubkan. Beragam
model cukup banyak tercipta misalnya untuk stand sebuah meja dan kursi. Serat
alamiah yang menjadi ciri khas ini menjadi lebih kelihatan nyata. Hasilnya pun
cukup fantastis. Tonjolan yang menghiasinya menjadi lebih artistik dan
serat-seratnya menjadi lebih kelihatan dan nyata.
Karya-karya
yang menghampar di galeri ruma kayu ini dijual dengan harga bergam mulai dari
Rp5 juta hingga Rp40 juta. Dari seluruh karya termahal yang pernah ia hasilkan
adalah relief dengan harga jual mencapai Rp40 juta hingga ratusan juta rupiah
per buah, sedangakan yang paling murah adalah ukiran meja dengan kisaran harga
Rp3 juta.
Selain
membuat beberapa karya seperti meja dan kursi, kini Mulyono sednagn mengerjakat
salah satu karya seni yang hingga saat ini masih dalam proses pengerjaan. Karya
seni tersebut yaitu membuat patung naga raksasa dari tunggul pohon yang berusia
200 tahunan lebih. Sebelum tumbang setahun yang lalu di Kawasan Taman Dwipangga
Bandar Lampung. Pohon ini diketahui telah berada sejak letusan Gunung Krakatau
pada 1883 silam.
Di
tangan Mulyono, tanggul kayu bersejarah di Provinsi Lampung itu dibentuk dan
diukir menjadi patung naga raksasa. Pengerjaan patung naga sendiri mulai
dilakukan Mulyono dan salah satu rekan perajin lainnya sejak sembilan bulan
lalu dan hingga kini masih dalam proses pengerjaan.
“Dalam
pengerjaannya, dibutuhkan ketelitian dalam mengukir tunggul dengan seni pahat.
Kita juga harus menggunakan mesin pemotong kayu untuk membentuk tunggul pohon raksasa
ini menjadi patung naga agar memiliki bentuk yang sempurna,” ujar Mulyono
Nantinya,
Patung raksasa ini diklaim menjadi patung raksasa terbesar di Indonesia yang
terbuat dari kayu. Patung ini memiliki diameter 5 meter, tinggi 6 meter dan
berat sekitar 2 ton.
Meskipun
sudah menghasilkan hasil-hasil ukiran yang luar biasa, sayang usaha Mulyono tak
kunjung mendapat dukungan pemerintah. Selama ini Mulyono menjalankan usahanya
hasil dari usahanya sendiri.
Kini
Mulyono telah menikmati hasilnya. Dalam Sebulan ia mampu meraup omset hingga
ratusan juta rupiah. Mulyono tengah mencoba untuk menembus pasar global dengan
satu harapan karya anak bangsa bisa lebih dikenal dimata dunia.
0 komentar:
Posting Komentar